close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi. Istimewa
icon caption
ilustrasi. Istimewa
Nasional
Senin, 07 November 2022 18:54

Kemenkes bakal sediakan stok fomepizole untuk keadaan darurat

Puluhan obat penawar yang diimpor dari Amerika Serikat ini ditujukan sebagai persediaan atau stok.
swipe

Sebanyak 246 vial obat penawar atau antidotum berupa fomepizole telah didatangkan dari luar negeri ke Indonesia. Obat penawar ini digunakan untuk penanganan gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) akibat konsumsi obat sirup mengandung cemaran senyawa kimia Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).

Baru-baru ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengimpor 70 vial fomepizole dari Amerika Serikat. Ada pun sebelumnya antidotum ini telah didatangkan dari Singapura, Australia, dan Jepang.

Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril mengatakan, puluhan obat penawar yang diimpor dari Amerika Serikat ini ditujukan sebagai persediaan atau stok.

"Fomepizole yang akan didatangkan, kita tidak mendatangkannya terlalu banyak. Dan tentu saja negara sebesar kita ini juga harus punya sediaan stok," kata Syahril dalam keterangan pers daring, Senin (7/11).

Saat ini, tren kasus baru dan kematian akibat gagal ginjal akut di Indonesia mulai mengalami penurunan. Syahril mengklaim, hal ini merupakan hasil dari langkah cepat pemerintah dalam merespons lonjakan kasus, salah satunya dengan mendatangkan obat penawar untuk pasien gagal ginjal.

Disampaikan Syahril, stok fomepizole ini akan dimanfaatkan apabila nantinya ada keadaan darurat yang membutuhkan obat penawar tersebut.

"Manakala nanti betul-betul pasiennya (gagal ginjal akut) menurun, maka obat sekitar 100 vial ini kita simpan, jika terjadi kasus-kasus yang memang memerlukan lagi," ujar dia.

Ada pun dari 246 vial fomepizole yang sudah diterima, sebanyak 200 vial telah disalurkan ke puluhan rumah sakit di Indonesia yang menangani pasien gagal ginjal akut. Artinya, dengan tambahan 70 vial fomepizole yang didatangkan dari Amerika Serikat, maka persediaan antidotum di Indonesia mencapai lebih dari 100 vial.

Syahril menekankan, ratusan vial fomepizole yang disimpan sebagai persediaan tetap aman digunakan selama mengikuti masa kedaluwarsa obat tersebut.

"Kan kita tidak tahu suatu saat terjadi intoksikasi obat atau apa, sehingga memerlukan antidotum itu. Jadi obat itu aman kita gunakan sesuai dengan masa kedaluwarsanya," ucap Syahril.

Sebelumnya, Kemenkes menegaskan fomepizole digunakan hanya untuk penanganan kasus gagal ginjal akut yang merebak di Indonesia. Syahril menyampaikan, pihaknya tidak bermaksud untuk melakukan komersialisasi terhadap obat penawar tersebut.

Efikasi fomepizole sebagai obat penawar sejauh ini dilaporkan memberikan tingkat kesembuhan yang signifikan. 95% anak atau pasien gagal ginjal akut di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta yang diberikan fomepizole, menunjukkan perkembangan kondisi kesehatan yang membaik.

"Kami sampaikan tidak ada komersialisasi obat-obatan oleh Kemenkes, tetapi semata mata hanya untuk menyelamatkan anak anak," kata Syahril dalam keterangan tertulis, Kamis (3/11).

Di samping itu, penggunaan fomepizole sebagai obat penawar juga didasarkan pada temuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal indikasi cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) sebagai penyebab gagal ginjal akut.

"WHO sudah mengindikasikan penyebab gagal ginjal karena EG, DEG dan lainnya, dan fomepizole  menjadi opsi antidot. Jadi bukan berdasarkan asumsi semata," terang dia.

img
Gempita Surya
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan